Langsung ke konten utama

DEMOGRAPHIC WINDOW OPPORTUNITIES: Sebuah Peluang Dan Tantangan


Jumlah penduduk duduk dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan termasuk juga di Indonesia. Penyebab pertambahan penduduk yang utama karena adanya kelahiran (Fertilitas). Beberapa komponen yang mempengaruhi fertilitas antara lain latar belakang pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur kawin pertama, persepsi nilai anak, kematian bayi/balita dan unmet need (Yuniarti, dkk. 2011)
Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan, meningkatnya jumlah penduduk pada tahun 2035 tersebut menyebabkan Indonesia menjadi negara kelima dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Meski begitu, peningkatan jumlah penduduk Indonesia tersebut dibarengi dengan meningkatnya penduduk berusia produktif (usia 15 tahun sampai 65 tahun). Menurut Armida, Indonesia telah memasuki bonus demografi (rasio ketergantungan terhadap penduduk tak produktif) sejak tahun 2012, yakni 49,6 persen. Atas dasar itu, penduduk Indonesia yang produktif lebih banyak daripada penduduk yang tak produktif. Pada tahun 2010, proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 66,5 persen. Proporsi ini terus meningkat mencapai 68,1 persen pada tahun 2028 sampai tahun 2031. Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif menyebabkan menurunnya angka ketergantungan, yaitu jumlah penduduk usia tidak produktif yang ditanggung oleh 100 orang penduduk usia produktif dari 50,5 persen pada tahun 2010 menjadi 46,9 persen pada periode 2028-2031. Tetapi angka ketergantungan ini mulai naik kembali menjadi 47,3 persen pada tahun 2035 (hukumonline.com, 2014. ttp://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52f4d97aa7ea3/bonus-demografi-berpotensi-tumbuhkan-ekonomi).
 Bonus demografi/ Demographic Window Opportunities terjadi karena:
1)      Proses transisi demografi karena penurunan fertilitas dan mortalitas (jangka panjang)
2)      Terjadi perubahan struktur umur penduduk:
·   penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi anak-anak (keberhasilan KB)
·  penurunan kematian bayi akan meningkatkan jumlah bayi yang terus hidup dan mencapai usia kerja (keberhasilan program kesehatan)
3)  Rasio ketergantungan menurun karena penurunan proporsi penduduk muda dan peningkatan proporsi penduduk usia kerja

Terbukanya Demographic Window Opportunities tersebut memungkinkan bangsa Indonesia untuk melakukan saving ekonomi karena pada saat itu proposisi penduduk usia produktif mencapai puncaknya, dan rasio saling ketergantungan paling rendah. Pentingnya saving ini juga disampaikan oleh Dr. Sukamdi, Pakar Kependudukan UGM saat Seminar Bonus Demografi yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Kamis (12/6). Sukamdi menekankan pentingnya saving di masa usia produktif. Tidak hanya dapat digunakan untuk investasi modal manusia (human capital), khususnya di bidang pendidikan, dan kesehatan, tetapi juga modal bagi dirinya sendiri saat menjelang tua (PUSAT STUDI KEPENDUDUKAN DAN KEBIJAKAN: Perlunya Respon Terhadap Persoalan Lansia dan Tenaga Kerja, 2014)
Demographic Window Opportunities ini diharakpan memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian banga kita, namun di satu sisi dengan adanya Demographic Window Opportunities ini juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Dengan jumlah penduduk usia produktif yang begitu besar diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan mengurangi rasio ketergantungan, tetapi jika penduduk usia produktif tersebut tidak memiliki kualitas sumber daya Manusia yang memadai tentu saja akan menimbulkan dampak yang buruk dimana akan terjadi peningkatan angka pengangguran yang cukup besar. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Sukamdi (2014) bahwa pada pada saat Indonesia juga menghadapi tantangan lain agar bisa memanfaatkan peluang bonus demografi dengan baik, yakni ketenagakerjaan. Jumlah pengangguran terbuka hingga Februari 2014 mencapai 7,15 juta dari angkatan kerja sejumlah 125 juta.Selain itu, setiap tahun terjadi penambahan angkatan kerja baru lebih kurang 2 juta. Pemerintah dituntut agar mampu menciptakan kesempatan kerja sebanyak 2 juta setiap tahun atau bahkan lebih agar angka pengangguran terbuka tidak naik.
Untuk mengatasi agar Demographic Window Opportunities tidak berdampak negatif, maka Indonesia perlu mempersiapkan kualitas  sumber daya manusianya sekarang ini, antara lain dengan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi yang dapat menunjang hidup yang berkualitas (Aswatini, 2011). Mempersiapkan sumber daya manusia yang memadai mulai dari sekarang juga sudah menjadi perhatian pemerintah dalam menyambut  Demographic Window Opportunities ini. Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida mengatakan bahwa Ia berharap, bonus demografi ini dapat dimanfaatkan secara baik oleh pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Manfaat bisa dilakukan dengan adanya kesiapan kebijakan seperti memperkuat investasi di bidang kesehatan, pendidikan maupun ketenagakerjaan. “Ini (bonus demografi) tidak otomatis untungkan kita, harus ada syaratnya,” katanya. Misalnya dalam bidang pendidikan, Armida menyarankan agar wajib belajar terus diperpanjang menjadi 12 tahun. Lalu, jumlah drop out (DO) pelajar yang keluarganya berpenghasilan rendah harus dikurangi dan kurikulum juga harus direvisi. “Sekolah Dasar (SD) betul-betul diubah supaya dari kecil diajarkan cara berpikir lebih kreatif,” katanya. Dari sisi kesehatan, lanjut Armida, juga harus dimulai nutrisi 1000 hari pertama sejak kelahiran. Menurutnya, dalam jangka waktu tersebut masa-masa untuk perkembangan otak. Sedangkan dari sisi ketenagakerjaan, bila perlu pemerintah terus menggenjot industri padat karya, pertanian, industry kreatif serta industry mikro, kecil dan menengah (hukumonline.com, 2014. ttp://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52f4d97aa7ea3/bonus-demografi-berpotensi-tumbuhkan-ekonomi).
jadi, Demographic Window Opportunities merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Peluangnya bahwa dengan Demographic Window Opportunities ini kita bisa meningkatkan perkonomian dan diharapkan bisa mengurangi pengangguran. Dan Demographic Window Opportunities sebagai peluang dan dapat dimanfaatkan jika:
1)      Ada kelangsungan penurunan angka kelahiran sampai tahun 2030
2)      Mulai sekarang melaksanakan perluasan jangkauan pendidikan dan kualitasnya
3)      Memperbaiki iklim investasi yang kondusif untuk pembukaan kesempatan kerja produktif
4)      Terbentuknya tabungan masyarakat untuk investasi peningkatan kualitas SDM
5)      Sumber daya pemerintah yang terhindarkan krn penurunan proporsi anak dialihkan untuk investasi pendidikan (Adioetomo, 2011).
Namun Demographic Window Opportunities akan menjadi sebuah tantangan jika ketersediaan sumber daya manusia tidak memadai merupakan dan persoalan ini harus bisa segera diatasi oleh bangsa Indonesia dalam menyongsong Demographic Window Opportunities ini.
 
DAFTAR PUSTAKA

Adioetom,  Sri Moertiningsih. 2011. Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan ekonomi. Bahan Ajar Mata Kuliah Penduduk dan Pembangunan.
Aswatini, 2011. Pertumbuhan Penduduk Dan Ketenagakerjaan. Jakarta: LIPI Press
PSKK UGM, 2014. Tantangan Bonus Demografi:Perlunya Respon Terhadap Persoalan Lansia dan Tenaga Kerja. Yogyakarta: PSKK UGM
Yuniarti, Sri dkk. 2011.  Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Fertilitas : suatu kajian literatur. Bandung: Universitas Padjadjaran Bandung.
hukumonline.com. 2014. Bonus Demografi Berpotensi Tumbuhkan Ekonomihttp://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52f4d97aa7ea3/bonus demografi berpotensi tumbuhkan ekonomi. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBIJAKAN MIGRASI DI INDONESIA

A.     Migrasi Internal Migrasi internal merupakan mobilitas penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dalam satu negara. Migrasi internal yang terjadi di Indonesia terdiri dari transmigrasi dan urbanisasi. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya di Indonesia. Kebijakan migrasi internal di Indonesia sudah dimulai sejak masa kolonil pemerintah Belanda sampe sekarang. Berikut diuraikan berbagai kebijakan yang berhubungan dengan migrasi internal. 1.    Masa Pemerintahan kolonial Belanda a.        Fase Percobaan (1905-1931). Pada masa ini dalam setiap proyek, pemerintah Belanda membangun kelompok inti yang terdiri atas 500 kepala keluarga. Keluarga-keluarga tersebut mendapat jaminan selama satu tahun pertama. keluarga dari keresidenan Kedu Jawa Tengah menuju daerah kolonisasi Gedongtataan di Lampung. Lembaga yang mengurus kolonisasi adalah komisi inter departemen yaitu Centraal Commissie voor Emmigratie en Kolonisatie van Inheemsen . Kontro